TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi anggota Satlantas Polres Metro Jakarta Timur, Aiptu Sunaryanto bernegosiasi dengan perampok jalanan, Hermawan berbuat manis. Hermawan yang tengah menghunus pisau ke leher Risma Oktaviani (25), tersungkur.
Aksi Hermawan menodong berikut menyandera Risma berakhir setelah timah panas menembus lengan. Bukan hanya Risma yang selamat, Dafa Ibnu Hafiz, anak dari Risma juga berhasil diselamatkan.
Aksi heroik Sunaryanto menyelamatkan Risma dan Dafa bermula saat dirinya tengah melintas di jalan I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur. Sunaryanto yang telah lepas dinas itu akan menuju kediaman di kawasan Bekasi, Jawa Barat, Minggu (9/4) malam.
Sekitar pukul 19.00 WIB, Sunaryo lalu melihat seorang perempuan meloncat dari dalam angkot. Perempuan yang berhasil meloncat dari dalam angkot ini pun berteriak minta tolong.
Teriakan ini memicu Sunaryanto menghentikan laju kendaraan motornya. Teriakan perempuan tersebut juga memancing sejumlah warga mencari tahu.
"Pelaku langsung kaget begitu ngeliat saya, mungkin dia tahu saya polisi soalnya saya pake jaket polisi," ujar Sunaryanto saat mendekati angkutan perkotaan (Angkot) T 25 Rawamangun-Pulogebang yang telah ditinggal sang sopir.
Tidak hanya kaget, Hermawan rupanya semakin gelap mata. Ia menyandera Risma dan Dafa yang tertinggal di dalam angkot.
"Dia semakin gelap mata. Saya bicara pelan-pelan 'Mas ada apa, sini saya bantu'. Dia bilang 'Diem lu'. Dia ngata-ngatain saya," ujar Sunaryanto.
Amarah Hermawan terus memuncak saat melihat warga mulai mendatangi angkot yang ditumpanginya. Ia lalu mengancam akan membunuh Risma dan anak bila tidak menuruti sejumlah permintaannya.
Kepada Sunaryanto, Hermawan meminta agar angkot tersebut segera dibawa meninggalkan lokasi. Namun, pada saat itu, sopir angkot beserta penumpang yang berada di kursi depan sudah melarikan diri.
"Saya bujuk biar dia mau lepas itu ibu sama anaknya, biar saya aja yang gantiin. Saya bilang juga ke dia bahwa saya jamin kalau korban dilepaskan, dia enggak akan diamuk massa," tutur Sunaryanto.
Namun, bujuk rayu Sunaryanto tak mampu melunakan Hermawan. Dia terus mengancam akan membunuh korban jika permintaanya tidak dipenuhi.
"Dia bilang 'Kalau Bapak nembak saya, saya matiin ini anak sama ibunya' sambil pisaunya diarahin ke anaknya. Ibunya nangis-nangisminta tolong anaknya diselametin," kata Sunaryanto.
Suasana makin mencekam. Risma menangis sejadi-jadinya karena melihat anaknya juga ditodong dengan pisau oleh Hermawan.
Selama bernegosiasi, massa yang mendekati angkot semakin banyak.
Sunaryanto pun mencoba kembali menenangkan pelaku agar tidak melakukan hal nekat. Dia mengangkat tangannya dengan maksud agar Hermawan tahu bahwa dia tidak bersenjata. Padahal, senjata api Sunaryanto sejak awal disembunyikan di pijakan tangga pintu angkot.
Agar pelaku lebih tenang, Sunaryanto memerintahkan warga menjauh. Namun, saat melihat Sunaryanto mau mengambil senjata apinya, warga mendekat kembali. Sunaryanto tak jadi menembak pelaku.
Penyandera semakin panik melihat warga kembali mendekat dan meminta agar dibawa pergi dari lokasi tersebut. "Pelaku ngotot terus minta dibawa menjauh dari TKP (tempat kejadian perkara). Dia minta dibawa ke tol," kata Sunaryanto.
Sunaryanto mencoba tenang agar dapat berpikir jernih. Dia akhirnya mengeluarkan telepon genggamnya dari saku celana dan memberikannya ke pengemudi ojek online yang berada di dekatnya.
Kepada pengemudi ojek online tersebut Sunaryanto meminta agar aksinya didokumentasikan.
Tujuan Sunaryanto hanya satu saat itu. Pertolongan terhadap Risma dan anak bakal menjadi barang bukti bila sesuatu tidak diinginkan terjadi. Bahkan, Sunaryanto mengaku sempat ragu melepas tembakan lantaran takut salah sasaran.
"Saya lillahi ta'ala saja, saya baca shalawat, begitu dia lengah, saya sikat (tembak)," ucap dia.
"Untung kena tepat sasaran. Saya yakin tembakan saya enggak akan lari ke kaca belakang angkot yang lagi banyak massa, soalnya pas saya tembak posisi tangan pelaku lagi di bawah," sambungnya.
Setelah tertembak di lengan kanannya, pisau yang dipegang Hermawan terlepas. Dengan cepat, Sunaryanto langsung menyergap Hermawan dan mengamankan pisaunya. Sergapan Sunaryanto tersebut membuat Risma dan bayi terjepit. Polisi itu akhirnya meminta warga mengeluarkan Risma dan anaknya.
Setelah korban diselamatkan, amarah warga memuncak. Massa langsung merangsek ke dalam angkot untuk menghakimi Hermawan. Dengan sigap, Sunaryanto memeluk Hermawan agar tidak terkena amukan massa. Tak lama berselang, tim Buser polisi datang ke lokasi dan meminta warga menjauh.
"Pada awalnya anggota minta pelaku dikeluarin. Saya bilang kalau dikeluarin nanti diamuk massa. Akhirnya angkot itu kita dorong dengan dibantu massa ke pos pol karena jaraknya enggak jauh," ujar Sunaryanto.
Ia menyatakan, angkot tersebut terpaksa didorong karena kuncinya dibawa kabur sang sopir yang menyelamatkan diri. Warga akhirnya mau mendorong angkot itu sampai Pos Subsektor Buaran yang tak jauh dari lokasi.
Sesampainya di sana, ternyata dua penumpang angkot yang sempat melarikan diri berada di pos untuk membuat laporan. Pelaku lalu diamankan ke dalam pos sebelum dilarikan ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Kapolres Jakarta Timur Kombes (Pol) Andri Wibowo mengapresiasi aksi heroik Ajun Inspektur polisi satu Sunaryanto menyelamatkan dua sandera, seorang ibu dan anak, di dalam angkutan kota. Terkait aksi heroiknya, Sunaryanto telah dimintai keterangan. Hasilnya, keputusan Sunaryanto melesakkan peluru ke arah pelaku penyanderaan, Hermawan, dinilai tepat.
"Itu kan' sudah kita periksa, itu tindakan polisi yang heroik, ini harus kita apresiasi bersama keberanian polisi untuk melakukan satu keputusan atau diskresi kepolisian yang tepat pada saat yang tepat," ujar Andri.
Hermawan menodong Risma Oktaviani (25) yang tengah membawa anaknya DI (1) di dalam angkot jurusan Rawamangun-Pulogadung Minggu (9/4/2017), sekitar pukul 19.00 WIB. Menurut Andri, motif pelaku penyanderaan adalah faktor ekonomi.
Andri membenarkan, bahwa Hermawan merupakan residivis kasus pencurian kendaraan bermotor. Hermawan baru saja keluar dari lembaga pemasyarakatan Bulak Kapal, Bekasi.
Hermawan menodong karena ingin menguasai barang berharga milik korban. Dia sempat meminta kalung, gelang, dan ponsel milik korbannya saat beraksi di dalam angkot.
"Motif pelakunya tentunya ekonomilah, karena baru keluar LP kan, (tribunnews/denis/wartakota) di Bekasi kalau tidak salah," ujar Andri.
Source: Tribunnews.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.