kemungkinan besar memang abal-abal. Pelajaran bisa kita petik dari cerita ini adalah kebenaran dari peribahasa tua: janji yang terdengar terlalu bagus untuk jadi kenyataan, Dia pun tak pernah lagi membahas keterlibatannya di dunia olahraga balap. karena Malik tidak pernah bersedia diwawancarai dan bisa menghindari pengadilan pada kasus Arrows. Kita tidak akan pernah tahu,
Atau mungkinkah dia punya motif yang lebih jahat? bercanda tawa dengan para keluarga kerajaan dan selebriti di Monaco Grand Prix? Apa mungkin dia hanya sekedar ingin merasakan dunia glamor Formula 1, Apakah dia benar-benar percaya sponsor T-Minus bisa sukses? setidaknya untuk menyewa agen humas. Tapi nyatanya dia justru menghabiskan dana cukup besar, Apakah dia ingin mendapat uang? untuk apa Malik dulu masuk ke dunia F1? Sampai sekarang orang-orang masih bingung,
perusahaan energi terbarukan berbasis di Nigeria. dia tercatat bekerja untuk Nigus Greenenergy, Awal 2017, Malik masih mondar-mandir di berbagai perusahaan lintas negara. Kami kesulitan melacak jejaknya. apakah dia dinyatakan bersalah dalam kasus tersebut. Tidak jelas, Jaksa penuntut umum Texas menuding Malik menggelapkan dana rekanan bisnis senilai Rp2,6 miliar. Mendadak datang surat perintah penangkapan Malik. Dia merintis perusahaan energi terbarukan yang dia beri nama: The Bridge. Januari 2010 Malik semakin nyaman menetap di AS.
dia terbukti memberi pernyataan palsu pada sesi pengadilan sebelumnya. Selain tak bisa membayar jaminan senilai Rp465 juta, namun dilarang meninggalkan penjara Texas. Malik tidak terbukti bersalah untuk dakwaan penggelapan uang,
dia diadili di Amerika Serikat atas tuduhan mencuri dana yang diberikan kepadanya dengan dalih pengembangan karir seorang pebalap NASCAR muda. Pada 2008, tapi bukan lagi di F1. Dia ternyata tetap ingin berkutat dalam bisnis balapan, Malik masih belum puas juga. Biarpun Arrows menghilang dari kancah balapan gara-gara ulahnya,
dengan beberapa utang belum terlunasi. Walkinshaw meninggal pada 2010 ketika berumur 64 tahun, Bisnis sang pemilik yang tertipu janji manis Malik juga terpengaruh. namun akhirnya tutup garasi sepenuhnya pada musim 2002. Mereka mencoba bertahan selama dua setengah tahun, Arrows tidak pernah benar-benar pulih dari janji investasi penuh PHP dari sang Pangeran. Yang menyedihkan dari rentetan kejadian ini,
Sang Pangeran meninggalkan lintasan balap begitu saja. Sponspor T-Minus dihapus dari mobil balap (diganti oleh nama Morgan Grenfell yang membeli jatah saham Malik dan akhirnya menggugat Arrows ke pengadilan). Tom Walkinshaw segera mengambil alih tim kembali. Dia gagal melunasi pembelian sahamnya sesuai batas yang telah ditentukan pada September Tahun 2000. Malik menghilang. ketika realita pahit mulai mendekap tim, Di akhir musim,
Ujung-ujungnya mereka hanya berhasil mencetak satu poin sepanjang musim 1999. lebih parah lagi performanya. pembalap asal Jepang misterius Toranosuke "Tiger" Takagi, Teman setimnya, pembalap asal Spanyol tersebut gagal mengulang hasil bagus di lintasan balap karena memang tidak didukung mesin bertenaga prima. Sayangnya,
Gaya balap De La Rosa saat itu mengingatkan orang pada nama-nama yang kini menguasai jagat F1 seperti Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel. kendati mesinnya sangat tidak kompetitif. De La Rosa dalam beberapa seri grand prix mampu menampilkan performa yang layak diacung jempol, Untungnya, semua rencana bisnis Pangeran Malik gagal total: penampilan tim di sirkuit pun kacau balau. Dalam waktu singkat,
T-Minus adalah perusahaan abal-abal yang "tidak menghasilkan uang sama sekali." Joe Saward, Sesuai laporan jurnalis veteran F1, T-Minus mengklaim dirinya sebagai perusahaan yang memproduksi minuman energi dan menjual produk brand ulang seperti pakaian dan sepeda motor. bagian mobil itu kosong tanpa logo merek apapun). Merek itu segera muncul di samping badan mobil pada debut balapan San Marino (sebelumnya, dia menggandeng merek tak dikenal T-Minus sebagai sponsor. Sebagai awalan,
Dia segera berkoar-koar berhasil mendatangkan kontrak-kontrak iklan untuk memperkuat keuangan tim. Malik tidak hanya akan berdiam diri di samping sirkuit dan menonton hasil investasinya. Sejak awal dia tanpa ragu menunjukkan karakter sebagai orang yang senang mencari perhatian. yang ditugaskan memoles citranya "seterkenal Eddie Jordan". Malik bergegas menyewa perusahaan kehumasan kondang di Inggris, Setelah resmi menjadi pemilik Arrows,
desain mobil mereka tidak berpengaruh sedikitpun pada performa mesin di atas sirkuit. Sayang, desain Arrows musim itu dianggap sebagai desain klasik yang dipuji banyak pecinta F1. Sekarang, tapi bagian depan dicat oranye terang sebagai bentuk rasa hormat terhadap Repsol yang menjadi sponsor pebalap rekrutan baru mereka: Pedro de la Rosa. Bagian belakang mobil masih dipenuhi ciri khas warna hitam dan putih dari musim sebelumnya, menjadi sangat menonjol secara estetik. setelah kedatangan Malik, Tim Arrows 1999,
sisanya menjadi milik sang pangeran Nigeria (angka ini berbeda-beda dari setiap sumber). Walkinshaw bertahan dalam direksi dengan kepemilikan 10 hingga 30 persen saham, Walkinshaw sampai mengajak bankir superkaya Morgan Grenfell menjadi penasehat penjualan saham Arrows kepada Malik. mengajaknya resmi bergabung dalam jajaran direksi. Walkinshaw segera menyetujui tawaran Malik melepas saham mayoritas,
Bahkan sebagian mekanik segera membayangkan Arrows bisa menjadi kandidat juara dunia konstruktor mendengar Malik akan menyuntikkan modal fantastis. termasuk bisa merekrut pebalap paling berbakat masuk tim. Dana sebesar itu dapat mentransformasi tim menjadi semakin kompetitif, Malik menjanjikan investasi sebesar $125 juta (setara Rp1,6 triliun) yang segera membuat Arrows terpikat. Walaupun kurang meyakinkan,
Sampai sekarang tidak ada bukti sahih yang menunjukkan dia pernah mengikuti kontes adu ketahanan mobil di Prancis itu. Sang pangeran gila balap itu mengklaim pernah berpartisipasi dalam kontes Le Mans 24 Hours. Tapi Arrows kadung kesengsem pada Malik. seharusnya manajemen Arrows melakukan pemeriksaan latar belakang calon investor. Jadi ketika pangeran Nigeria bilang ingin berinvestasi pada tim F1 yang kamu miliki,
meski sebetulnya ada 75 keluarga bangsawan berbeda di Nigeria dan tidak semuanya berpengaruh. Klaimnya itu bisa jadi benar, dia mengklaim memiliki darah keturunan pangeran bagi orang-orang Suku Igbira di Nigeria. Pada banyak orang, meski tidak ada yang tahu tepatnya di mana. Malik menempuh pendidikan di Inggris,
Dia memperkenalkan diri sebagai Pangeran Malik. Sosok itu seorang bangsawan Afrika misterius. muncul investor baru yang sangat dibutuhkan Arrows. Pada akhir 1999,
dan terus mengalami krisis finansial. dijauhi pers, Arrows kembali menjadi tim F1 semenjana, Setelah ditinggal Damon Hill, Arrows makin gigit jari setelah semusim berikutnya Damon Hill pindah tim ke milik Eddie Jordan.
keputusan mengontrak pebalap dengan gaji mahal seperti Damon Hill terbukti gagal total. Meski Hill sempat nyaris memenangi Grand Prix Hungaria pada musim 1998, yang berhasil meyakinkan juara dunia Damon Hill musim 1997 untuk bergabung dengan timnya. saham mayoritas Arrows dibeli oleh Tom Walkinshaw, Pada 1996,
serta terkenal berulang kali ditabrak mobil saat balapan pada kesempatan terpisah). dituding bisa masuk F1 hanya karena nepotisme perusahaan pemilik Arrows, Taki menjadi salah satu pebalap F1 yang dikenal dengan reputasi buruk, pebalap Taki Inoue melakoni debut di F1. (Pada masa ini, Arrows bahkan pernah diambil alih perusahaan logistik Jepang.
serta mengalami kesulitan finansial dan berulang kali mengalami perubahan kepemilikan. tim ini tidak pernah memenangkan balapan, Terlepas dari usia panjang mereka, Arrows berstatus sebagai tim yang sudah berpartisipasi lebih dari 20 tahun mengikuti Grand Prix. Akhir dekade 90-an,
Tim itu bernama Arrows. orang-orang cenderung mengabaikan kondisi tim lain yang sama-sama mengenakan seragam oranye hitam tapi mesin mobilnya sangat tidak kompetitif. Di tengah sorotan yang jatuh pada McLaren saat itu, Tapi cerita lebih menarik muncul di balik lintasan balap. walau sebenarnya rekam satu timnya Eddie Irvine jauh lebih berhak. memenangkan titel juara dunia keduanya, Mika Hakkinen, pebalap legendaris McLaren, Musim 1999 itulah,
dan tetap playboy abis. wajahnya masih enak dilihat, baru berusia 66 tahun, yang kini semakin bangkotan, Sementara bos besar F1 Bernie Ecclestone, masih bocah ingusan yang baru mengendarai gokar. Lewis Hamilton, Waktu itu pebalap juara dunia asal Inggris, ada baiknya kita kembali dulu ke era 1999. Untuk memahami kisah ini,
orang-orang masih bingung sebenarnya dia itu siapa. Sampai sekarang, Dia sukses mengambil alih kepemilikan sebuah tim F1 dua dekade lalu. Salah satu karakter paling unik dan mengundang kontroversi dalam sejarah perhelatan Grand Prix F1 adalah Pangeran Malik Ado Ibrahim.
sebagian orang yang berkecimpung di F1 sebetulnya jenis manusia yang tidak jujur dan punya masa lalu abu-abu. Tentu saja, dan manusia-manusia sejenis itu. atlet yang memiliki kemampuan kognitif hebat, konglomerat, Sebagian besar orang yang terlibat dalam olahraga mahal ini adalah pesohor, kompetisi balap Formula 1 menjadi saksi sejarah kemunculan individu-individu yang menarik dan aneh. Setelah bertahan selama lebih dari tujuh dekade,
Source: VICE
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.