yang merupakan bagian yang luruh dari bintang mati. LIGO Colllaboration berharap segera bisa mengamati fenomena yang lebih aneh lagi dalam waktu dekat—benturan antara neutron bintang, "LIGO kini mulai mendapatkan tempat sebagai perangkat yang bisa diandalkan untuk mengamati bagian gelap dari alam semesta." ujar direktur eksekutif LIGO Laboratory David Reitze lewat sebuah pernyataan.
Tabrakan antara dua buah lubang hitam menghasilkan lebih banyak tenaga dari semua cahaya yang dipancarkan oleh semua bintang dan galaksi di semesta ini dalam satu waktu.
dalam sebuah pernyataan. juru bicara LIGO Scientific Collaboration, sampai terdeteksi LIGO," tutur David Shoemaker dari MIT, "Kami mendapatkan konfirmasi keberadaan lubang hitam raksasa dan jauh lebih besar dari massa 20 matahari—obyek besar seperti ini tak pernah kita tahu ada di luar sana,
ledakan kedua terjadi 1,4 miliar tahun yang lampau. Jika yang pertama terjadi 1,3 miliar tahun lalu, Umur tabrakan ini dua kali lebih tua dari tabrakan lubang hitam yang pertama terdeteksi dan letaknya dua kali lebih jauh dari tabrakan pertama. muncul lubang hitam baru yang setara dengan 49 kali massa matahari dan sisa massa lainnya berubah menjadi energi graviratasi. Dari tumbukan ini, Tabrakan antara lubang hitam yang terakhir terdeteksi terjadi antara dua lubang hitam yang memiliki masa 31 dan 19 kali matahari.
LIGO memberi para ilmuwan cara baru mengamati lubang hitam dan informasi tentang fenomena alam ini. membuktikan bahwa dugaan Albert Einstein benar. gelombang gravitasi terdeteksi, untuk pertama kalinya, pada tahun 2016, Namun, tak ada yang berpikir bahwa di masa depan bakal ditemukan cara untuk mengamati gelombang gravitasi. Saat Albert Einstein mulai mengembangkan teori relativitas tahun 1915,
"Temuan ini mengkonfirmasi bahwa ada banyak lubang hitam yang bersinggungan di alam semesta," ujarnya saat dihubungi lewat sambungan telepon. yang mencakup 1.000 ilmuwan di seluruh penjuru di dunia. Pfeiffer adalah salah ilmuwan dalam kolaborasi LIGO, peneliti utama proyek ini yang berasal University of Toronto sekaligus associate professor di Canadian Institute for Theoretical Astrophysics. kita bisa belajar lebih banyak tentang bagaimana bintang meledak," ujar Harald Pfeiffer, "Dari penemuan ini,
temuan gelombang gravitasi dipublikasikan dalam Physical Review Letters. Baru-baru ini, dan memberi kita cara yang benar-benar baru untuk mengamati alam semesta. Ini adalah kali ketiga gelombang gravitasi berhasil dideteksi oleh detektor kembar Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO),
riak itu terdeteksi di Bumi. atau tepatnya tanggal 4 Januari lalu, Fast forward tiga miliar tahun setelahnya, Coba bayangkan deh: Dua buah lubang hitam raksasa bertabrakan—hasilnya malah jadi lubang hitam yang jauh lebih besar lagi—dan menyebabkan gelombang dalam ruang dan waktu.
Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.
Bukan kali pertama fenomena semesta ini bisa dipantau oleh detektor di fasilitas LIGO Amerika Serikat.
Source: VICE
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.