(hst/hst) Perusahaan akan menganggap Anda sebagai orang yang senangnya berkeluh kesah dan bukan tidak mungkin kejelekan perusahaan juga Anda bagikan ke setiap orang. tapi jangan jadikan itu sebagai postingan rutin. Keluh kesah boleh saja dilontarkan di social media, Bukan di ranah publik khususnya social media. Alangkah bijaksanannya jika Anda curhat masalah pribadi hanya kepada orang-orang terdekat.
Sering Mengeluh di Social Media 3.
Anda juga tidak perlu memamerkan semua kehidupan Anda di social media. beberapa foto sebaiknya cukup dinikmati diri sendiri atau pasangan. Seperti dikutip dari Real Simple,
Foto-foto yang terlalu mesra sebaiknya tidak perlu diunggah di social media. Hal yang sama juga berlaku saat memperlihatkan kemesraan dengan kekasih atau suami. Perusahaan bisa saja menganggap Anda orang yang suka mencari perhatian atau pamer. Tapi berpuluh-puluh foto yang di-posting di Instagram atau Facebook? Satu atau dua foto seksi mungkin tidak menjadi masalah. namun batasi. Hal itu sah-sah saja, Atau ketika Anda berpesta di klub dengan gaun seksi. Mungkin Anda ingin memamerkan foto liburan di pantai yang indah saat berbikini.
Terlalu Banyak Mengumbar Foto Tak Pantas 2.
Postingan yang bervariasi juga akan membuat akun social media Anda lebih menarik dan follower atau teman pun semakin bertambah. Dengan begitu Anda tidak akan terlihat seperti orang yang egois tapi juga memerhatikan sekitar. share berita yang inspiratif maupun sedang viral (dengan tetap memerhatikan sumber berita yang kredibel) atau memperlihatkan kebaikan seseorang. Seimbangkan isi postingan Anda dengan misalnya kelahiran anak seorang teman atau kerabat,
sebaiknya tidak semua postingan selalu mengenai diri Anda. Saat mem-posting sesuatu di blog atau update status social media, penulis Social Networking for Career Success menyebut perilaku ini termasuk salah satu yang terburuk dalam dunia online khususnya social media. Miriam Salpeter,
Mempromosikan Diri Berlebihan 1.
sebaiknya hindari tiga perilaku social media ini. Jika tidak ingin berlama-lama jadi pengangguran, termasuk menentukan nasib apakah Anda bisa diterima kerja atau tidak. Peristiwa yang menimpa Adhi bisa dijadikan contoh bahwa aktivitas di social media dan internet sangat berdampak pada kemajuan karier seseorang,
Lewat cuitannya Adhi mendapat surat peringatan dan nyaris dipecat. karyawan PT Adhi Makmur yang mendapat teguran keras dari perusahaannya karena dianggap telah menghina ulama ternama KH Mustofa Bisri atau Gus Mus di Twitter. Anda bisa mengambil contoh kasus Pandu Wijaya, karena perilaku mereka yang dianggap kurang pantas. Tak jarang bagian personalia mengurungkan niat untuk mempekerjakan pelamar meskipun CV dan hasil tes serta wawancara bagus,
dan 34 persen memilih pelamar jadi karyawan karena respon yang positif dan baik dari teman-temannya di akun social media. Ada pula 36 persen manajer yang menerima pelamar karena profil mereka di social media sesuai dengan kualifikasi secara profesional,
Sebanyak 39 persen manajer menerima seseorang bekerja sebagai karyawan karena melihat kesan positif terhadap kepribadian si pelamar kerja yang dilihatnya dari social media. 68 persen manajer mempekerjakan seseorang berdasarkan perilakunya di social media. Berdasarkan hasil studi dari Reppler yang melibatkan 300 manajer sebagai responden,
Facebook maupun social media lainnya juga bisa menjadi pertimbangan apakah seseorang layak diterima bekerja di perusahaan. Aktivitas Anda di Twitter, wawancara kerja dan psikotest saja untuk merekrut karyawan baru. perusahaan kini tidak hanya mengandalkan CV, Jakarta - Di era social media seperti sekarang ini,
Source: detikcom
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.