Walau pepatah bilang jangan menilai buku dari sampulnya, kita tahu betapa kesan pertama itu berpengaruh besar.
Buktinya wajah seseorang dapat mengungkap berbagai fakta, mulai dari kepribadian hingga kesehatannya. Dan kini, para peneliti di University of Toronto menunjukkan bahwa kelas sosial seseorang dapat diprediksi secara akurat hanya dengan melihat wajah seseorang.
Kemampuan membaca kelas sosial dari wajah ini hanya berlaku pada saat ekspresi orang tersebut netral, atau istilahnya poker face. Menebak isi dompet seseorang menjadi sulit ketika ia tersenyum atau mengekspresikan emosi lain.
Ini menunjukkan bahwa kesan pertama yang ditampilkan, menurut ekspresi wajah netral, akan memengaruhi cara berinteraksi, juga kesempatan yang dimiliki seseorang.
Para peneliti meyakini emosi yang terpancar lewat wajah saat seseorang dalam kondisi netral berhubungan dengan kebiasaan seumur hidup yang telah terpatri di wajah seseorang sejak akhir remaja atau awal masa dewasa.
"Seiring waktu, wajah Anda secara permanen merefkleksikan dan mengungkap pengalaman-pengalaman yang telah dilalui," ujar Nicholas Rule, salah satu penulis studi dalam rilis.
Sebelum sampai pada kesimpulan studi yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology tersebut, Rule dan Thora Bjornsdottir, kandidat PhD, merekrut pelajar yang dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama dibagi berdasarkan pendapatan tahunan keluarga. Standar 75 ribu Dolar AS, di bawah 60 ribu Dolar AS miskin, dan di atas 100 ribu Dolar AS kaya.
Partisipan lalu difoto dalam kondisi ekspresi wajah netral. Kelompok kedua kemudian melihat foto-foto mereka dan memilah, mana yang kaya atau miskin hanya dengan melihat wajah.
Ternyata, kelompok kedua dapat menentukan siapa yang masuk kategori kaya atau miskin. Tingkat akurasinya mencapai 50 persen, atau di atas pilihan kebetulan.
Hasil pengelompokan ini tidak dipengaruhi oleh ras, gender, atau seberapa banyak waktu yang dihabiskan para pelajar untuk membuat keputusan. Para peneliti fokus hanya pada wajah-wajah berekspresi netral, karena ekspresi wajah lain dapat memengaruhi keterbacaan wajah.
Dari hasil eksperimen ini Rule menyimpulkan bahwa para pelajar yang berusia antara 18 hingga 22 tahun sudah memiliki pengalaman hidup yang cukup. Ini secara fisik memengaruhi bentuk wajah, sehingga mampu menggambarkan status sosial ekonomi mereka.
Namun, Rule dan Bjornsdottir tidak menjelaskan secara detail bagaimana kelompok kedua melakukan penilaian tersebut.
"Sebenarnya orang juga tak tahu pasti tanda-tanda apa yang mereka gunakan saat membuat penilaian semacam ini. Kalau kau bertanya pada mereka, mereka juga tak tahu. Mereka tidak sadar bagaimana mereka melakukan ini," papar Bjornsdottir.
Yang kita ketahui, ada neuron dalam otak yang bertugas dalam pengenalan wajah, itu mengapa saat kita melihat seseorang, wajah mereka adalah hal pertama yang kita perhatikan.
Hal ini memungkinkan kita untuk mendapatkan kesan pertama tentang seseorang, bahkan jika penilaian tersebut tak punya dasar dalam realita. Bias wajah ini memengaruhi banyak hal, di antaranya siapa yang kita pilih atau pekerjakan, adili, atau tuduh dalam suatu situasi.
Meski kesan pertama memprediksi kelas sosial lebih dari separuh waktu dalam studi baru, bias wajah dapat membuat kita memercayai dugaan yang salah atau membesar-besarkan dugaan yang benar.
Sebagai contoh, sebuah studi pada 2014 yang dipublikasikan dalam Trends Cognitive Sciences menemukan bahwa kita cenderung menilai kriminalitas dan penyesalan berdasarkan wajah.
Terdakwa yang memiliki karakteristik wajah tertentu, seperti kelihatan dapat dipercaya atau berwajah imut-imut, cenderung tidak dihukum karena melakukan kejahatan daripada mereka yang tidak memiliki karakteristik ini.
Sehubungan dengan temuan baru ini, hubungan antara isyarat wajah dan kelas sosial dapat memberikan petunjuk tentang siklus kemiskinan dan kelas sosial. Namun penting untuk diingat bahwa penelitian ini tidak melihat aspek perubahan pendapatan keluarga seiring waktu.
Untuk itu, Rule dan Bjornsdottir akan mencoba meneliti kelompok orang yang lebih tua untuk dapat menentukan apakah pola isyarat wajah bisa menjadi lebih jelas bagi orang dari waktu ke waktu.
Bagaimanapun, sebenarnya definisi kaya dan miskin adalah hal subjektif yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi. Karena itu, isyarat wajah sesungguhnya bukan metode tepat untuk menentukan status sosial ekonomi seseorang.
Namun, ekspresi wajah netral kita tampaknya lebih penting dalam menentukan kesan pertama orang terhadap diri kita.
Source: Beritagar.id
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.